2/28/2011 04:15:00 PM

Tuntas Atasi Urtikaria Akut

Tuntas Atasi Urtikaria Akut

Urtikaria atau disebut juga dengan biduran merupakan salah satu kelainan dermatologis yang sering ditemui. Terdapat beberapa jenis urtikaria, yaitu urtikaria yang dimediasi IgE atau urtikaria akut, urtikaria yang tidak dimediasi IgE, urtikaria vaskulitis,  dan urtikaria autoimun.

Timbulnya serangan urtikaria dipicu oleh adanya agen-agen tertentu. Agen-agen tersebut dapat berupa obat, makanan,  infeksi, genetik, atau penyakit sistemik. hampir semua obat sistemik dapat menimbulkan serangan urtikaria. Begitu pula dengan makanan, beberapa jenis makanan dapat menyebabkan urtikaria akut bagi pasien yang alergi terhadap kandungan makanan tersebut. Selain itu, penyakit kolagen dan keganasan juga dapat menimbulkan reaksi alergi, yang sering disebabkan oleh kompleks antigen-antibodi.

Urtikaria memberikan gejala klinis yang khas jika dibandingkan kelainan dermatologi lain. Terbentuk gambaran berupa suatu edema setempat di kulit yang timbul secara cepat, tetapi menghilang secara perlahan-lahan. Dapat pula ditemukan eritema yang disertai dengan edema setempat berbatas tegas pada dermis dan epidermis. Pasien mengeluhkan rasa gatal yang tak tertahankan, terbakar, atau tertusuk. Bila urtikaria mengenai jaringan yang lebih dalam, maka disebut angioedema.

Serangan urtikaria dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Serangan yang berlangsung kurang dari 6 minggu diklasifikasikan sebagai urtikaria akut
2. Serangan yang timbul lebih lama, maka digolongkan sebagai urtikaria kronis
    Urtikaria umumnya akan menghilang secara perlahan. Namun adakalanya urtikaria menjadi semakin berat sehingga perlu dilakukan penanganan segera. Dalam menangani urtikaria akut, sangat penting untuk mengetahui dan menghilangkan pengaruh agen penyebab urtikaria. Bila belum juga teratasi, dapat diberikan terapi medikamentosa.

    Urtikaria dapat berkembang menjadi angioedema  maupun syok anfilaktik dalam waktu yang sangat singkat. Jika pasien belum dirujuk ke rumah sakit terdekat namun angioedema mulai timbul, berikan epinefrin intramuskular. Waspadai angioedema akibat ACE-Inhibitor karena tidak berespons terhadap epinefrin maupun terapi lainnya. Selain itu, bronchospasme yang timbul dapat diatasi dengan albuterol.

    Terapi lini pertama yang disarankan untuk urtikaria adalah antihistamin, terutama yang menghambat reseptor H1. Difenhidramin dan hidroksizin merupakan antihistamin yang digunakan. Kedua obat tersebut beraksi dengan cepat, namun memiliki efek samping sedasi sehingga pasien dilarang menyetir sampai batas waktu 6 jam setelah pemberian obat. Jenis antihistamin ini efektif untuk menghilangkan rasa gatal dan eritema pada hampir seluruh kasus.
    Selain antihistamin H1, dapat pula digunakan antihistamin H2. Simetidin, famotidin, dan ranitidin dapat dikombinasikan dengan antihistamin H1. Kombinasi antihistamin H1 dan H2 memiliki efek yang sinergis dan terkadang memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih tuntas. Antihistamin H2 oral lebih efektif pada pasien dengan urtikaria akut dan kronis dibandingkan dengan penggunaan antihistamin H1 saja.

    Dengan memberikan terapi yang sesuai, urtikaria dapat diatasi dan pasien pun tak lagi cemas dengan penyakit kulit yang satu ini.



    sumber : Media Aesculapius Surat Kabar Kedokteran dan Kesehatan Nasional No. 03/ XLI/ November-Desember 2010
     

    0 komentar: